Cinta Sejati Dalam Islam
Cinta Sejati Dalam Islam
Assalamu’alaikum ya Akhi ya Ukhti....
Di sini Dilla mau sekedar sharing aja,
ini tulisan bukan aku yang bikin,, aku hanya menyadur dai salah satu webstite
musliah.or.id , isi celotehan ini adalah bagaimana cinta seharusnya menurut
Islam,, yoooo muda-mudi yang sedang dilanda cinta, yuk kita cek benarkah cinta
kita? Suci kah cinta kita [halaaaaah]???
Chek this out!
Seorang peneliti dari Researchers at
National Autonomous University of Mexico mengungkapkan hasil risetnya yang
begitu mengejutkan. Menurutnya: Sebuah hubungan cinta pasti akan menemui titik
jenuh, bukan hanya karena faktor bosan semata, tapi karena kandungan zat kimia
di otak yang mengaktifkan rasa cinta itu telah habis. Rasa tergila-gila dan
cinta pada seseorang tidak akan bertahan lebih dari 4 tahun. Jika telah berumur
4 tahun, cinta sirna, dan yang tersisa hanya dorongan seks, bukan cinta yang
murni lagi.
Menurutnya, rasa
tergila-gila muncul pada awal jatuh cinta disebabkan oleh aktivasi dan
pengeluaran komponen kimia spesifik di otak, berupa hormon dopamin, endorfin,
feromon, oxytocin, neuropinephrine yang membuat seseorang merasa bahagia,
berbunga-bunga dan berseri-seri. Akan
tetapi seiring berjalannya waktu, dan terpaan badai tanggung jawab dan dinamika
kehidupan efek hormon-hormon itu berkurang lalu menghilang. (sumber:
www.detik.com Rabu, 09/12/2009 17:45 WIB).
Saudaraku, bila anda mencintai pasangan
anda karena kecantikan atau ketampanannya, maka saat ini saya yakin anggapan
bahwa ia adalah orang tercantik dan tertampan, telah luntur.Bila dahulu rasa
cinta anda kepadanya tumbuh karena ia adalah orang yang kaya, maka saya yakin
saat ini, kekayaannya tidak lagi spektakuler di mata anda.Bila rasa cinta anda
bersemi karena ia adalah orang yang berkedudukan tinggi dan terpandang di
masyarakat, maka saat ini kedudukan itu tidak lagi berkilau secerah yang dahulu
menyilaukan pandangan anda.
Saudaraku! bila anda terlanjur
terbelenggu cinta kepada seseorang, padahal ia bukan suami atau istri anda, ada
baiknya bila anda menguji kadar cinta anda. Kenalilah sejauh mana kesucian dan
ketulusan cinta anda kepadanya. Coba anda duduk sejenak, membayangkan
kekasih anda dalam keadaan ompong peyot, pakaiannya compang-camping sedang
duduk di rumah gubuk yang reot. Akankah rasa cinta anda masih menggemuruh
sedahsyat yang anda rasakan saat ini?
Para ulama’ sejarah mengisahkan, pada
suatu hari Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu bepergian ke Syam
untuk berniaga. Di tengah jalan, ia melihat seorang wanita berbadan semampai,
cantik nan rupawan bernama Laila bintu Al Judi. Tanpa diduga dan dikira, panah
asmara Laila melesat dan menghujam hati Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu
‘anhu. Maka sejak hari itu, Abdurrahman radhiallahu ‘anhu mabok
kepayang karenanya, tak kuasa menahan badai asmara kepada Laila bintu Al Judi.
Sehingga Abdurrahman radhiallahu ‘anhu sering kali merangkaikan
bair-bait syair, untuk mengungkapkan jeritan hatinya. Berikut di antara
bait-bait syair yang pernah ia rangkai:
Aku senantiasa
teringat Laila yang berada di seberang negeri Samawah
Duhai, apa urusan Laila bintu Al Judi dengan diriku?
Hatiku senantiasa diselimuti oleh bayang-bayang sang wanita
Paras wajahnya slalu membayangi mataku dan menghuni batinku.
Duhai, kapankah aku dapat berjumpa dengannya,
Semoga bersama kafilah haji, ia datang dan akupun bertemu.
Duhai, apa urusan Laila bintu Al Judi dengan diriku?
Hatiku senantiasa diselimuti oleh bayang-bayang sang wanita
Paras wajahnya slalu membayangi mataku dan menghuni batinku.
Duhai, kapankah aku dapat berjumpa dengannya,
Semoga bersama kafilah haji, ia datang dan akupun bertemu.
Karena begitu sering ia menyebut nama
Laila, sampai-sampai Khalifah Umar bin Al Khattab radhiallahu ‘anhu
merasa iba kepadanya. Sehingga tatkala beliau mengutus pasukan perang untuk
menundukkan negeri Syam, ia berpesan kepada panglima perangnya: bila Laila
bintu Al Judi termasuk salah satu tawanan perangmu (sehingga menjadi budak),
maka berikanlah kepada Abdurrahman radhiallahu ‘anhu. Dan subhanallah,
taqdir Allah setelah kaum muslimin berhasil menguasai negeri Syam, didapatkan
Laila termasuk salah satu tawanan perang. Maka impian Abdurrahmanpun segera
terwujud. Mematuhi pesan Khalifah Umar radhiallahu ‘anhu, maka Laila
yang telah menjadi tawanan perangpun segera diberikan kepada Abdurrahman radhiallahu
‘anhu.
Anda bisa bayangkan, betapa girangnya
Abdurrahman, pucuk cinta ulam tiba, impiannya benar-benar kesampaian. Begitu
cintanya Abdurrahman radhiallahu ‘anhu kepada Laila, sampai-sampai ia
melupakan istri-istrinya yang lain. Merasa tidak mendapatkan perlakuan yang
sewajarnya, maka istri-istrinya yang lainpun mengadukan perilaku Abdurrahman
kepada ‘Aisyah istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
merupakan saudari kandungnya.
Menyikapi teguran saudarinya,
Abdurrahman berkata: “Tidakkah engkau saksikan betapa indah giginya, yang
bagaikan biji delima?”
Akan tetapi tidak begitu lama Laila
mengobati asmara Abdurrahman, ia ditimpa penyakit yang menyebabkan bibirnya
“memble” (jatuh, sehingga giginya selalu nampak). Sejak itulah, cinta
Abdurrahman luntur dan bahkan sirna. Bila dahulu ia sampai melupakan
istri-istrinya yang lain, maka sekarang iapun bersikap ekstrim. Abdurrahman
tidak lagi sudi memandang Laila dan selalu bersikap kasar kepadanya. Tak kuasa
menerima perlakuan ini, Lailapun mengadukan sikap suaminya ini kepada ‘Aisyah radhiallahu
‘anha. Mendapat
pengaduan Laila ini, maka ‘Aisyahpun segera menegur saudaranya dengan berkata:“Wahai Abdurrahman, dahulu engkau mencintai
Laila dan berlebihan dalam mencintainya. Sekarang engkau membencinya dan
berlebihan dalam membencinya. Sekarang, hendaknya engkau pilih: Engkau berlaku
adil kepadanya atau engkau mengembalikannya kepada keluarganya.”Karena didesak oleh saudarinya demikian, maka akhirnya Abdurrahmanpun
memulangkan Laila kepada keluarganya. (Tarikh Damaskus oleh Ibnu ‘Asakir
35/34 &Tahzibul Kamal oleh Al Mizzi 16/559)
Anda penasaran ingin tahu, mengapa
kenyataan ini bisa terjadi?
Temukan rahasianya pada sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini:
“Wanita itu adalah aurat (harus ditutupi), bila ia ia keluar dari
rumahnya, maka setan akan mengesankannya begitu cantik (di mata lelaki yang
bukan mahramnya).”(Riwayat At Tirmizy dan
lainnya)
Dahulu, tatkala hubungan antara anda
dengannya terlarang dalam agama, maka setan berusaha sekuat tenaga untuk
mengaburkan pandangan dan akal sehat anda, sehingga anda hanyut oleh badai
asmara. Karena anda hanyut dalam badai asmara haram, maka mata anda menjadi
buta dan telinga anda menjadi tuli, sehingga andapun bersemboyan: Cinta itu
buta. Dalam pepatah arab dinyatakan:Cintamu kepada sesuatu, menjadikanmu
buta dan tuli.
Akan tetapi setelah hubungan antara anda
berdua telah halal, maka spontan setan menyibak tabirnya, dan berbalik arah.
Setan tidak lagi membentangkan tabir di mata anda, setan malah berusaha
membendung badai asmara yang telah menggelora dalam jiwa anda. Saat itulah,
anda mulai menemukan jati diri pasangan anda seperti apa adanya. Saat itu anda
mulai menyadari bahwa hubungan dengan pasangan anda tidak hanya sebatas urusan
paras wajah, kedudukan sosial, harta benda. Anda mulai menyadari bahwa hubungan
suami-istri ternyata lebih luas dari sekedar paras wajah atau kedudukan dan
harta kekayaan. Terlebih lagi, setan telah berbalik arah, dan berusaha sekuat
tenaga untuk memisahkan antara anda berdua dengan perceraian:
“Maka mereka mempelajari dari Harut dan Marut (nama dua setan) itu apa
yang dengannya mereka dapat menceraikan (memisahkan) antara seorang (suami)
dari istrinya.”(Qs. Al Baqarah: 102)
Mungkin anda bertanya, lalu bagaimana
saya harus bersikap?
Bersikaplah sewajarnya dan senantiasa
gunakan nalar sehat dan hati nurani anda. Dengan demikian, tabir asmara tidak
menjadikan pandangan anda kabur dan anda tidak mudah hanyut oleh bualan dusta
dan janji-janji palsu.
Mungkin anda kembali bertanya: Bila
demikian adanya, siapakah yang sebenarnya layak untuk mendapatkan cinta suci
saya? Kepada siapakah saya harus menambatkan tali cinta saya?
Simaklah jawabannya dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam:
“Biasanya, seorang wanita itu dinikahi karena empat alasan: karena
harta kekayaannya, kedudukannya, kecantikannya dan karena agamanya. Hendaknya
engkau menikahi wanita yang taat beragama, niscaya engkau akan bahagia dan
beruntung.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dan pada hadits lain beliau bersabda:
“Bila ada seorang yang agama dan akhlaqnya telah engkau sukai, datang
kepadamu melamar, maka terimalah lamarannya. Bila tidak, niscaya akan terjadi
kekacauan dan kerusakan besar di muka bumi.”(Riwayat At Tirmizy dan lainnya)
Cinta yang tumbuh karena iman, amal
sholeh, dan akhlaq yang mulia, akan senantiasa bersemi. Tidak akan lekang
karena sinar matahari, dan tidak pula luntur karena hujan, dan tidak akan putus
walaupun ajal telah menjemput.
“Orang-orang yang (semasa di dunia) saling mencintai pada hari itu
sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang
bertaqwa.”(Qs. Az Zukhruf: 67)
Saudaraku! Cintailah kekasihmu karena
iman, amal sholeh serta akhlaqnya, agar cintamu abadi. Tidakkah anda
mendambakan cinta yang senantiasa menghiasi
dirimu walaupun anda telah masuk ke dalam alam kubur dan kelak dibangkitkan di
hari kiamat? Tidakkah anda mengharapkan agar kekasihmu senantiasa setia dan
mencintaimu walaupun engkau telah tua renta dan bahkan telah menghuni liang
lahat?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
“Tiga hal, bila ketiganya ada pada diri seseorang, niscaya ia merasakan
betapa manisnya iman: Bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dibanding selain
dari keduanya, ia mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya kecuali karena
Allah, dan ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan
dirinya, bagaikan kebenciannya bila hendak diceburkan ke dalam kobaran api.”(Muttafaqun ‘alaih)
Saudaraku! hanya cinta yang bersemi
karena iman dan akhlaq yang mulialah yang suci dan sejati. Cinta ini akan
abadi, tak lekang diterpa angin atau sinar matahari, dan tidak pula luntur
karena guyuran air hujan.
Yahya bin Mu’az berkata: “Cinta
karena Allah tidak akan bertambah hanya karena orang yang engkau cintai berbuat
baik kepadamu, dan tidak akan berkurang karena ia berlaku kasar kepadamu.”Yang
demikian itu karena cinta anda tumbuh bersemi karena adanya iman, amal sholeh
dan akhlaq mulia, sehingga bila iman orang yang anda cintai tidak bertambah, maka
cinta andapun tidak akan bertambah. Dan sebaliknya, bila iman orang yang anda
cintai berkurang, maka cinta andapun turut berkurang. Anda cinta kepadanya
bukan karena materi, pangkat kedudukan atau wajah yang rupawan, akan tetapi
karena ia beriman dan berakhlaq mulia. Inilah cinta suci yang abadi saudaraku.
Saudaraku! setelah anda membaca tulisan
sederhana ini, perkenankan saya bertanya: Benarkah cinta anda suci? Benarkah
cinta anda adalah cinta sejati? Buktikan saudaraku…
Wallahu a’alam bisshowab,
Ustadz Muhammad Arifin Badri, M.A.
Dipublikasi ulang dari www.pengusahamuslim.com
Dipublikasi ulang dari www.pengusahamuslim.com
Komentar
Posting Komentar