Indahnya Berbagi Bersama Anak-Anak Wijaya Kusuma
14 Agustus 2012
Bismillahirrohmaanirrohiim
Inilah rangkaian kedua sekaligus rangkaian terakhir dari agenda
ramadhan KWACI UNPAD. Hari ini agendanya adalah Buka Bersama Anak-Anak Panti
Asuhan Wijaya Kusuma.
Meskipun agenda kumpulnya jam 13.00, tapi Dilla keluar rumah jam
10.00. Ada sedikit tragedi yang bikin sedih sih. Oke, Dilla ceritain, semoga
bisa diambil hikmahnya (kalau ada ya).
Dari jam 09.00 udah gresak-grusuk beres-beres nyiapin alat buat
acara hari ini. Laptop, charger, plakat, hadiah, juklak, dan uang buat bayar
kuliah. Jam 09.30 hape tiba-tiba error, dan fiks gak bisa ngejarkom. Aah, bingung duluan, terus mamah nyuruh apa gitu (lupa), dengan
muka bingung dan tanpa senyum Dilla menunaikan tugas mamah. Lantas langsung
ngecek hape lagi. Sambil ngecek, coba dilihat walaupun gak ngerti, mamah nanya
acaranya ngapain aja. Aku jawab seperlunya.
Dan akhirnya terucap kalimat yang membuat sembilu di
hati, “Dilla teh sibuk, teu aya waktu jang di bumi. Mun kieu wae mah
semester tilu tong aktif di organisasi nanaon, fokus we belajar. Terus we
peduli ka batur, ari ka diri sorangan teu paduli. Anak mamah teh aktivis, tapi
teu bisa ngatur waktu.” Deg! Bingung mesti jawab apa. Serba bingung, gara-gara
kesel hape error, imbasnya gak senyum, dan akhirnya diomelin. Jadi bingung juga
karena acara kali ini jadi pj acara, dan akhirnya langsung pilih caw dengan
hape error.
Tapi ada benarnya juga. Sampai saat ini aku belum pandai memenej
waktu. Mamah emang agak kecewa dengan IP semester 2-ku yang terjun
bebas tanpa parasut. Mamah memang masih dengan pola yang
tak dapat diubah – be an study oriented student – hiks. Tapi mengapa tidak bisa
memberikan ruang gerak untuk mengembangkan diri? Beberapa kali pernah memberi
gambaran sama mamah, namun ternyata IPK tidak cukup meyakinkan buat mamah.
Pergi ke bank jam 10.00, Dilla pikir udah ngantre. Eh, ternyata
kosong! Jadilah nasabah yang kepagian. Setelah selesai menyelesaikan registrasi
kampus, langsung ke GS (Global Smart) buat pinjem infokus. Sip! Dapet. Dan jam
11.00 mulai gabut. Kumpul jam 13.00, sekarang jam 11.00. mau pulang juga gak
enak. Akhirnya pilih stay di mesjid Agung. Beberapa menit termenung,
memikirkan kejadian tadi pagi di rumah. Mamah lagi
sendirian di rumah, takut kenapa-napa. Dan inget pesan Rosul, kalau lagi marah
kita ambil wudhu dan sholat sunat.
Akhirnya Dilla putuskan ambil wudhu, sholat tahiyatul mesjid dan
sholat sunat. Setelah sholat langsung nangis. Tiba-tiba masalah yang
tertimbun di kepala ini sejak pertengahan Juli hingga tadi pagi tiba-tiba
terbuka begitu saja. Penyesalan-demi penyesalan atas sebuah tingkah laku ini
bermunculan. Yaa Alloh, apa yang tadi kulakukan pada mamah? Hari ini Dilla
pergi ke Cipanas, takut terjadi kenapa-napa di perjalanan, tiba-tiba takut mati
dalam keadaan sedang tidak baik dengan orang tua.
Subhanallah!
Tiba-tiba hape yang tadi pagi – ngadat – sekarang bisa nyala. Alhamdulillah. Entah berapa lama aku menangis, hingga agak bisa reda akhirnya
Dilla telepon mamah, namun gak diangkat. Ah, mamah pasti lagi keluar rumah dan
gak bawa hape. Akhirnya Dilla kirim pesan. Inti dalam pesan itu adalah meminta
maaf karena tadi kesal dan tidak memberikan senyuman. Jujur, gak tau kenapa
saat kesel Dilla lebih milih diam dan dengerin dari pada ngeluarin kata-kata
yang bisa nyakitin. Setelah mengirim pesan ke mamah, Dilla juga mengirim pesan
ke teh Aneu, meminta pendapat pada suatu hal yang memang sedang membebani pikiran
ini. Setelah mengirim pesan, lalu lanjut baca Al-Quran hingga tiba waktu sholat
Dzuhur.
Walaupun tak ada balasan dari mamah, entah kenapa kepala agak
ringan. Rimba-rimba di kepala yang bilang ini-itu tiba-tiba hilang.
Alhamdulillah. Dan akhrinya jam 13.00 tiba tanpa dipaksa, saatnya mempersiapkan
acara.
Akhrinya kami berangkat dari Mesji Agung ke Cipanas pukul 14.20.
Tiba dengan selamat, Alhamdulillah. Sambil mempersiapkan segala-macem. Akhirnya
acara dimulai pukul 16.20. Alhamdulillah acara berjalan lancar, dan cukup
terorganisir. Lagi-lagi Alhamdulillah yaa Alloh.
Senangnya bisa berbagi dengan anak-anak Wijaya Kusuma. Walaupun
tak banyak yang dapat diberikan, tapi inilah yang kami punya – kepedulian –
hihihi.
Kau takkan berubah menjadi
bijak hingga lapar melilit perutmu
Kau takkan berubah menjadi adil
hingga letih menyergap kedua kakimu
Kau takkan berubah peduli
hingga gelap menaungi pandanganmu
Seperti yang sudah lama Dilla yakini, Komunikasi
dan Empati adalah modal terpenting dalam hidup ber-manusia.
Walaupun mungkin diam bukan pilihan yang tepat, tapi itu cara
Dilla berkomunikasi, diam demi tidak mengeluarkan kamus kasar, diam untuk
mecoba memahami kesalahan. Walaupun gak jentel sih bisanya minta maaf lewat
sms, yaaa. Tapi itulah caraku. Dan komunikasiku belum cukup baik, belum bisa
meyakinkan mamah.
Saat mecoba menempatkan diri di posisi orang lain, itulah
empati. Dan kita akan merasakan betapa kita beruntung kita, betapa malunya diri
kita jika tidak bersyukur atas segala nikmat-Nya. Tak pernah ada yang salah
dengan – kepedulian – namun yang terpenting adalah bagaimana menyampaikan
kepedulian itu dengan cara yang toyyib.
Terimakasih sudah mau membaca celotehan Dilla,,
Wassalamu’alaikum.
Komentar
Posting Komentar