100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia
Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah
Michael H. Hart, 1978
Well„ siapa yang tidak tahu dengan buku
fenomenal ini. Buku yang sering kali digunakan sebagai referensi jika
kita mendapatkan tugas mengenai “Kehebatan Rasulullah.” Acap kali kita
mengutip “Bahkan Michael Hart menjadikan Nabi Muhammad saw sebagai
manusia paling berpengaruh di dunia ini pada urutan pertama.” Titik.
Memang tidak salah dengan pernyataan ini. Seluruh manusia di bumi pasti
dapat membuktikan bahwa dalam buku karya Hart ini beliau menempatkan
Nabi Muhammad sebagai orang nomor wahid yang berpengaruh di dunia.
Banggakah kita sebagai seorang muslim? Bangga pula kah kita dengan
predikat yang diberikan Michael Hart ini?
Okelah, mungkin kita ambil kata – sepakat –
untuk pernyataan Michael dimana ia menempatkan Nabi Muhammad saw.
Sebagai manusia paling berpengaruh di dunia. Lantas, apakah kita juga
berarti menyetujui urutan yang dia buat? Sepakatkah kita dengan urutan
yang dia susun? Sepakat? Semoga tidak.
Sahabat, entah atas dasar apa, entah apa
parameter yang Hart pilih sehingga mucullah 100 nama beserta urutannya.
Entah apa sih„ dilla sendiri tidak tahu, coba kita tanya sama sang
empunya ide nulis urutan ini. Hehe.
Sahabat tau siapa di urutan ke 2? Tepat! Isac Newton, lalu k-3 ada Nabi Isa. Di urutan ke -4 ada Buddha, urutan 5 ada Kong Hu Cu dan urutan 6 ada St. Paul.
Stop. Coba kita berhenti dulu di sini? Nabi Isa di urutan ke-3? Apakah
kita setuju bahwa Nabi Isa tidak lebih berpengaruh daripada Isac Newton?
Selain itu, sadarkah sahabat? Hart menempatkan Nabi Musa di urutan 16 di bawah Galileo, Einstein, dan Aristoteles. Why???
Dan, Khalifah Umar Ibn al-Khaththab berada di
posisi 51 di bawah Napoleon Bonaparte, Adolf Hitler, Alexander Fleming,
William Shakespare, Plato, dan Jengis Khan.
Maha Suci Allah dari segala hal yang
menjadikan hamba-hamba-Nya yang terpilih berada di bawah manusia
lainnya. Sungguh, boleh jadi kita berbangga dengan urutan pertama yang
diisi oleh Rasulullah kita, suri tauladan kita, dan pemimpin kita. Tapi,
bagaimana dengan hamba Allah yang – oleh Hart – ditempatkan di bawah
manusia yang tidak dimuliakan Allah?
Sungguh, tak peduli dengan segala urutan yang
dibuat oleh Hart. Sebaik-baiknya manusia adalah karena tingkat
ketaqwaannya, dan Allah Maha Mengetahui dan Maha Tepat Perhitungan-Nya.
Sahabat, jangan sampai kita terlena hanya
karena satu pernyataan “Muhammad di urutan pertama dalam buku ini” coba
lihat secara keseluruhan. Siapa yang ada di urutan lainnya? Pantaskah
Nabi Isa ‘alaihissalam disandingkan dengan Isac Newton? Pantaskah Nabi
Musa ‘alaihissalam berada di bawah Aristoteles? Pantaskah Umar al-Faruq
berada di bawah Napoleon Bonaparte dan Adolf Hitler?
Dilla coba mengutip dasar pemikiran penulis dalam penempatan urutan ini:
“Buku ini semata-mata berurusan dengan pertanyaan siapa
seratus orang itu yang telah pegang peranan mengubah arah sejarah dunia.
Dari seratus orang itu saya susun urutannya menurut bobot arti
pentingnya, atau dalam kalimat lain: diukur dari jumlah keseluruhan
peran yang dilakukannya bagi ummat manusia. Kelompok seratus orang
istimewa ini saya susun dalam daftar saya, tak peduli apakah dia seorang
bijak bestari atau terkutuk, tak peduli apakah dia kesohor atau gurem,
gemerlapan atau biasa-biasa saja. Yang jelas, kesemua mereka adalah
anak-anak manusia yang telah memberi bentuk kepada kehidupan kita,
meraut lonjong-bulatnya wajah dunia.Sebelum menyusun daftar urutan, tentu saja perlu ada patokan dasar, siapa yang layak dicantumkan dan atas alasan apa. Patokan dasar pertama sudah barang tentu memang manusianya benar-benar pantas. Tetapi, patokan dasar ini tidak selamanya mudah. Misalnya: apakah pujangga bijak Lao Tzu dari Cina betul-betul pernah hidup di dunia? Apakah bukannya sekedar tokoh dongeng? Bagaimana pula tentang Homer, tentang Aesop yang kesohor dengan julukan penulis kisah dunia binatang? Menghadapi masalah musykil seperti itu, terpaksa saya menempuh jalan dugaan —saya harap bukan duga sembarang duga— karena saya pun menghimpun informasi dari sana-sini seberapa bisa.
Pribadi-pribadi anonim juga di luar hitungan. Boleh jadi penemu roda —jika benar roda dirancang oleh seorang individu— tidak bisa tidak layak digolongkan tokoh yang tak kalah pentingnya dengan mereka yang tercantum dalam daftar, tetapi diukur dari patokan dasar yang saya letakkan, saya sisihkan dari bahan pertimbangan. Tak kecuali penemu cara tulis-menulis.
Dalam penyusunan daftar ini saya bukan semata memilih tokoh paling kenamaan dan kemilau dalam sejarah. Ketenaran, bakat, kedermawanan, tidaklah bisa disamakan dengan pengaruh. Karena itu, nama-nama seperti Benjamin Franklin, Martin Luther King Jr., Babe Ruth, bahkan Leonardo da Vinci tidak termasuk dalam seratus tokoh saya, walau beberapa diantaranya saya cantumkan dalam kelompok “Tokoh-tokoh Terhormat” sesudah Seratus Tokoh. Lagi pula, apa yang saya sebut pengaruh tidaklah mesti selalu berkaitan dengan kelembutan, baik hati, belas kasih. Itu sebabnya keparat jenius seperti Hitler masuk syarat kelompok Seratus Tokoh.
Atas dasar pertimbangan yang dimaksud pengaruh itu mesti mengandung jangkauan mondial, pribadi-pribadi hebat, politikus-politikus lokal tidaklah masuk hitungan. Tetapi bisa juga terjadi —misalnya pada diri Peter Yang Agung dari Rusia— biarpun pengaruh utamanya tertuju pada negerinya sendiri, namun riaknya bisa terasa ke luar batas tanah airnya. Alasan ini mendorongnya bisa masuk daftar saya.”
Wallahu’alam
Komentar
Posting Komentar