Mistery of the Lost Shoes
Bahkan di tempat sujudpun masih ada orang yang dengan sengaja mengamalkan sebuah dosa„ astagfirullah…
Bismilahirrahmaanirrahiim.
Hari ini 01 Juni 2013 Dilla pergi bertemu dan main
bersama dua orang sahabat semenjak SMP, Ajeng dan Hilda. Setelah sekian
lama, akhirnya bisa bertemu juga yaa~ :’)
Jam 10.30 janjian ketemu di sebuah mini caffe “sop
duren” di daerah panembong. Lama kami saling bercerita di sana. Utamanya
sih hari ini hari curhatannya Hilda – perkara kecengan dan mantannnya [lekas move on yah cantik~
]. Setelah lama berbincang-bincang, dan sudah tiba waktu untuk
menyegerakan sholat dzuhur, akhirnya kami pergi ke Mesjid Agung Cianjur.
Meskipun hujan rintik-rintik, suasana romantis di bawah tetesan sang
awan, kenhangatan di bawah langit tetap menyelimuti kami saat menanti
angkot. Setelah mendapati angkot, kami pergi ke Mesji Agung Cianjur,
lalu melaksanakan sholat. Selepas sholat kami beranjak keluar, mesjid
dan.. o-ow. Where is Ajeng’s shoes? Ajeng sempet bingung kemana
sepatunya. Sepatunya tadi diletakkan di sebelah sepatu Dilla. Tapi
sekarang sudah raib entah kemana. Sempat Dilla dan Hilda bantu mengecek
di sekitar, namun tak ada. Lalu kami menanyakan kepada beberapa anak
disana, tak ada yang tahu. Fiks. Hilang. Lalu Dilla tawari Ajeng untuk
memakai sendal jepit semacam swallow. Awalnya Ajeng masih agak
menggerutu kemana sepatunya. Menurutku memang wajar ia menggerutu, tapi
tak menyelesaikan apapun. Lalu kutawari lagi apakah dia mau pakai sendal
jepit, akhirnya dia bersedia karena mungkin sudah bingung mau pergi
pake apa. Akhirnya Dilla dan Hila pergi ke pasar tradisional yang
letaknya memang sangat dekat dengan Mesjid Agung Cianjur. Meskipun pasar
becek, tapi demi teman tak apalah. Setelah mendapatkan sendal skyway ukuran 9 ⅟2 berwarna
oranye, akhirnya Dilla dan Hilda menemui Ajeng yang masih pasang muka
memelasnya mencari sepatu yang baru ia beli itu. Aah~ kesabaranmu diuji
di sini kawan ˆ⌣ˆ . Lalu kami berikan sandal yang baru
dibeli. Sebenarnya pengen ketawa lihat ekspresi Ajeng yang sangat polos
saat memakai sendal sambil berkata “perginya kece, pulangnya gembel.”
Lalu dengan style casual barunya Ajeng, kami bertiga pergi ke
arah Pasundan. Niatnya mau hunting jajanan anak-anak SD, tapi apa daya
perut akustikan, akhirnya kami pilih mencari makanan berat cepat saji.
Bakso. Dan kisah unik juga muncul di sini. Mulai dari pedagangnya yang
cuek, pelayan yang tidak mencatat pesanan banyak orang. Percaya gak
percaya, pelayan bakso ini pasti pada lulus test IQ dan otak
kanan-kirinya mungkin seimbang. Karena mereka mengingat semua pesanan
banyak orang, tanpa mencatatnya sama sekali. Pelayan Pizza Hut aja mesti catet kan ya? Huh! Mereka lebih jago dibanding pelayan Pizza Hut sekalipun..
Terimakasih telah menemani jiwa yang sepi! [ ahaha, alay!]
Terimakasih telah berbagi kisah dan tawa hari ini. Lembaran baru di bulan Juni.
Buat Hilda, lekas move on yah.. Rajin-rajin ikut mentoringnya ˆ⌣ˆ
Buat Ajeng, sabar yah. Insya Allah dapet pengganti
sepatu yang lebih baik. Tetaplah bersyukur karena kita masih memiliki
kaki untuk dipakaikan sepatu atau sandal. Bagaimana jika kaki kita
diambil? ˆ⌣ˆ
Terima kasih Ajeng dan Hilda. Ditunggu jalan-jalan selanjutnya yaa~ ♡
lain kali aku yang ke UPI deh ♡
Komentar
Posting Komentar