Jika AKIBAT Hilang, Maka SEBAB Tak Pernah Hilang
Bismillahirrohmaanirrohiim.
Tulisan ini Dilla dedikasikan khususnya bagi teman-teman saya yang masih “galau” dalam berhijab. Sesekali dipakai, sesekali dilepas, atau yang berhijabnya masih setengah dan tanggung. Semoga sedikit memberikan getaran dalam jiwa, dan mari sama-sama berdoa pada Alloh agar Alloh menggetarkan hati kita untuk senantiasa istiqomah dalam agama-Nya. Aamiin.
Cukup terkejut, dalam beberapa kasus Dilla pernah bertemu dengan beberapa teman yang baru berhijab dan masih dalam masa transisi <read : goyah>. Bahkan banyak di dunia ini perempuan yang mengaku muslim tapi enggan berhijab. Kalau boleh jujur, Dilla sedih. Ingin rasanya sesekali menanyakan pada mereka mengapa mereka tidak berhijab. Sahabat, masih adakah alasan untuk kita tidak berhijab? :”(
Dalam suatu kesempatan. Dilla pernah bertanya <dalam keadaan santai> pada seorang teman yang tiba-tiba membuka kerudungnya. “Kerudung cantiknya kok dilepas?” teman Dilla menjawab “Rambut aku jadi rontok nih gara-gara ditutup terus kepalanya, rambut gak dapet oksigen cukup, dan keringetan” Sedih mendengar jawaban seperti ini. Lalu sejenak kami berdiskusi. Dalam hal ini tak ada niatan untuk menggurui, hanya sekedar menyampaikan apa yang Dilla tahu dan apa yang Dilla yakini.
Rambut rontok bisa jadi karena pemakaian shampo yang sudah tidak cocok, atau memang bisa jadi gara-gara kepala ditutup kain hijab terus. Dengan berhijab rambut menjadi indah, terlihat cantik, menjadi cara melindungi dari gangguan. Ini adalah hikmah yang muncul dari sebuah ketaatan. Adapun kalau hikmah ini tidak didapat, apakah aturannya yang salah? Jelas tidak. Dengan terganggunya kulit kepala gara-gara kerudung apakah bisa menjadi dalih kita tidak mentaati aturan? Tentu tidak. Hikmah adalah hadiah atau kejutan-kejutan yang Alloh berikan kepada hamba-Nya yang mentaati-Nya. Namun manakala hikmah itu tidak kita dapat bukan menjadi alasan untuk melalaikan syariat.
Misalnya, kita jelas sudah sangat tahu bahwa Alloh melarang kita untuk memakan daging babi. Haram hukumnya! Lah kenapa Alloh melarang kita? Pasti ada tujuannya. Lalu para saintis mencari fakta seputar babi. Fakta umum yang kita temukan adalah karena pada daging babi terdapat cacing pita yang dapat menyebabkan penyakit cacing. Parasit ini sulit disembuhkan, adapun jika disembuhkan akan memakan waktu dan biaya mahal. Lantas kita menyimpulkan “Oh, hikmah mengapa Alloh melarang kita makan daging babi karena pada babi menyebabkan penyakit!”. Namun, pengetahuan semakin luas dan mendalam. Mungkin saja pada masa beberapa dekade lagi ditemukan obat atau metode menghilangkan parasit cacing pada tubuh babi sehingga babi aman dikonsumsi karena telah terbebas dari cacing. Hikmah yang telah kita simpulkan tadi menjadi hilang. Lantas, seelah hikmah ini hilang apakah aturan larangan memakan babi menjadi tidak berlaku? Tentu saja tidak. Aturan tetaplah aturan dna harus ditaati.
Sekali lagi. Hikmah adalah kejutan atau hadiah yang Alloh berikan pada hamba-Nya atas ketaatannya. Adapun saat hikmah itu hilang, bukan berarti aturan turut serta hilang. Sahabat, larangan memakan babi adalah suatu ketetapan Alloh yang harus kita taati. Apakah sudah kita taati? Begitupun dengan keharusan mengenakan hijab, ini adalah ketetapan dari Alloh yang juga harus kita taati. Dua-duanya sama-sama aturan Alloh. Jadi, masih adakah alasan untuk mentaati sebagian aturan dan mengabaikan aturan yang lainnya? Mentaati aturan Alloh memberikan nilai pahala bagi kita, dan meninggalkan aturan Alloh memberikan nilai dosa bagi kita. Jadi, pilih mana? Menabung nilai pahala ataukah dosa?
Yuk. Kita sama-sama belajar untuk mentaati semua aturan yang telah Alloh berikan. Biarkanlah hikmah menjadi bagian dari kejutan Alloh untuk kita. Kewajiban kita adalah mentaati apa yang Alloh perintahkan untuk kita, sebagai wujud penghambaan terhadap-Nya.
Oleh : dwndilla
Tulisan ini Dilla dedikasikan khususnya bagi teman-teman saya yang masih “galau” dalam berhijab. Sesekali dipakai, sesekali dilepas, atau yang berhijabnya masih setengah dan tanggung. Semoga sedikit memberikan getaran dalam jiwa, dan mari sama-sama berdoa pada Alloh agar Alloh menggetarkan hati kita untuk senantiasa istiqomah dalam agama-Nya. Aamiin.
Cukup terkejut, dalam beberapa kasus Dilla pernah bertemu dengan beberapa teman yang baru berhijab dan masih dalam masa transisi <read : goyah>. Bahkan banyak di dunia ini perempuan yang mengaku muslim tapi enggan berhijab. Kalau boleh jujur, Dilla sedih. Ingin rasanya sesekali menanyakan pada mereka mengapa mereka tidak berhijab. Sahabat, masih adakah alasan untuk kita tidak berhijab? :”(
Dalam suatu kesempatan. Dilla pernah bertanya <dalam keadaan santai> pada seorang teman yang tiba-tiba membuka kerudungnya. “Kerudung cantiknya kok dilepas?” teman Dilla menjawab “Rambut aku jadi rontok nih gara-gara ditutup terus kepalanya, rambut gak dapet oksigen cukup, dan keringetan” Sedih mendengar jawaban seperti ini. Lalu sejenak kami berdiskusi. Dalam hal ini tak ada niatan untuk menggurui, hanya sekedar menyampaikan apa yang Dilla tahu dan apa yang Dilla yakini.
Rambut rontok bisa jadi karena pemakaian shampo yang sudah tidak cocok, atau memang bisa jadi gara-gara kepala ditutup kain hijab terus. Dengan berhijab rambut menjadi indah, terlihat cantik, menjadi cara melindungi dari gangguan. Ini adalah hikmah yang muncul dari sebuah ketaatan. Adapun kalau hikmah ini tidak didapat, apakah aturannya yang salah? Jelas tidak. Dengan terganggunya kulit kepala gara-gara kerudung apakah bisa menjadi dalih kita tidak mentaati aturan? Tentu tidak. Hikmah adalah hadiah atau kejutan-kejutan yang Alloh berikan kepada hamba-Nya yang mentaati-Nya. Namun manakala hikmah itu tidak kita dapat bukan menjadi alasan untuk melalaikan syariat.
Misalnya, kita jelas sudah sangat tahu bahwa Alloh melarang kita untuk memakan daging babi. Haram hukumnya! Lah kenapa Alloh melarang kita? Pasti ada tujuannya. Lalu para saintis mencari fakta seputar babi. Fakta umum yang kita temukan adalah karena pada daging babi terdapat cacing pita yang dapat menyebabkan penyakit cacing. Parasit ini sulit disembuhkan, adapun jika disembuhkan akan memakan waktu dan biaya mahal. Lantas kita menyimpulkan “Oh, hikmah mengapa Alloh melarang kita makan daging babi karena pada babi menyebabkan penyakit!”. Namun, pengetahuan semakin luas dan mendalam. Mungkin saja pada masa beberapa dekade lagi ditemukan obat atau metode menghilangkan parasit cacing pada tubuh babi sehingga babi aman dikonsumsi karena telah terbebas dari cacing. Hikmah yang telah kita simpulkan tadi menjadi hilang. Lantas, seelah hikmah ini hilang apakah aturan larangan memakan babi menjadi tidak berlaku? Tentu saja tidak. Aturan tetaplah aturan dna harus ditaati.
Sekali lagi. Hikmah adalah kejutan atau hadiah yang Alloh berikan pada hamba-Nya atas ketaatannya. Adapun saat hikmah itu hilang, bukan berarti aturan turut serta hilang. Sahabat, larangan memakan babi adalah suatu ketetapan Alloh yang harus kita taati. Apakah sudah kita taati? Begitupun dengan keharusan mengenakan hijab, ini adalah ketetapan dari Alloh yang juga harus kita taati. Dua-duanya sama-sama aturan Alloh. Jadi, masih adakah alasan untuk mentaati sebagian aturan dan mengabaikan aturan yang lainnya? Mentaati aturan Alloh memberikan nilai pahala bagi kita, dan meninggalkan aturan Alloh memberikan nilai dosa bagi kita. Jadi, pilih mana? Menabung nilai pahala ataukah dosa?
Yuk. Kita sama-sama belajar untuk mentaati semua aturan yang telah Alloh berikan. Biarkanlah hikmah menjadi bagian dari kejutan Alloh untuk kita. Kewajiban kita adalah mentaati apa yang Alloh perintahkan untuk kita, sebagai wujud penghambaan terhadap-Nya.
Oleh : dwndilla
Komentar
Posting Komentar