Ekspresi Kerinduan
Bismillahirrohmaanirrohiim
Sebagai seorang anak, sering kali kita merasakan pada orang tua. Hmm..maaf tidak bermaksud memukul rata bahwa semua anak sering merindukan orang tuanya. Tapi di sini, setidaknya sesekali pasti kita merasakan kerinduan pada orang tua bukan? Terlebih bagi anak rantauan kuliah, anak rantauan kerja, bahkan anak yang sudah menikah sering kali merasakan kerinduan pada orang tuanya.
Ekspresi kerinduan setiap orang berbeda. Beda dulu, beda sekarang.
Dulu, saat kita masih kecil dan kita ditinggal pergi ke luar kota, kita
akan menangis, merengek, dan meminta kedua orangtua agar segera pulang.
Menginjak remaja, ekspresi kerinduan sedikit labil. Sedikit-sedikit
cerita di sosmed (apa ini juga termasuk? hehe), update “kangen mamah
sama papah :”(” tapi tidak menghubungi orangtua. hehe.aneh kan ya? Ada
juga orang yang introvert, dia memilih memandang foto-foto orang tuanya
saat ia merindukan kedua orangtua. Kadang, sangat simpel menunjukkan
kerinduan. Hubungi orang tuamu segera! Selagi mereka masih bisa bercakap
dengan kita. Pernah membayangkan jika suatu hari nanti, saat kita
merindukannya tapi kita tak dapat lagi mendengar jawabannya pun tak
mampu lagi melihat raganya? Ini ekspresi kerinduan yang langsung
dilakukan dalam bentuk sebuah aksi.
Mendoakan orangtua dalam setiap bada sholat kita, saat tangan kita menengadah pada-Nya, saat hati ini tertunduk pada-Nya, saat kita menyebut nama mereka dalam doa kita : inilah cara mengekspresikan kerinduan yang paling baik (bukan paling benar..wallohu alam). Doa adalah senjatanya kaum mukmin, doa yang insya Alloh diijabah adalah doa seorang anak sholeh yang mendoakan kedua orang tuanya, seorang mukmin yang mendoakan mukmin lainnya tanpa diketahui orang lain juga adalah doa yang sangat Alloh sukai. Apa sulitnya berdoa? Bukankah saat kecil kita sering diajarkan doa-doa terutama doa kebaikan untuk kedua orang tua kita? Yaa~ bagi saya, mendoakan orang tua adalah satu ekspresi kerinduan terbaik. Adapun yang lain, bisa jadi setelah kita mendoakannya, kita menghubungi mereka. tak masalah..cara tiap orang berbeda. Mungkin juga ada yang merindukan orang tua lalu menuliskan puisi atau cerpen. hehe. kenapa tidak? Tapi, sekali lagi, sebagai seorang muslim mari kita sama-sama belajar mengekspresikan sesuatu dengan cara yang islami juga. Ingat, doa anak yang sholeh senantiasa menjadi kebaikan bagi orang tua di dunia dan di akhirat. Bukankah kita mencintai kedua orang tua kita?
tulisan lepas oleh:
Dilla Wulan Ningrum
Jatinangor, 05 Mei 2014
Sebagai seorang anak, sering kali kita merasakan pada orang tua. Hmm..maaf tidak bermaksud memukul rata bahwa semua anak sering merindukan orang tuanya. Tapi di sini, setidaknya sesekali pasti kita merasakan kerinduan pada orang tua bukan? Terlebih bagi anak rantauan kuliah, anak rantauan kerja, bahkan anak yang sudah menikah sering kali merasakan kerinduan pada orang tuanya.
Mendoakan orangtua dalam setiap bada sholat kita, saat tangan kita menengadah pada-Nya, saat hati ini tertunduk pada-Nya, saat kita menyebut nama mereka dalam doa kita : inilah cara mengekspresikan kerinduan yang paling baik (bukan paling benar..wallohu alam). Doa adalah senjatanya kaum mukmin, doa yang insya Alloh diijabah adalah doa seorang anak sholeh yang mendoakan kedua orang tuanya, seorang mukmin yang mendoakan mukmin lainnya tanpa diketahui orang lain juga adalah doa yang sangat Alloh sukai. Apa sulitnya berdoa? Bukankah saat kecil kita sering diajarkan doa-doa terutama doa kebaikan untuk kedua orang tua kita? Yaa~ bagi saya, mendoakan orang tua adalah satu ekspresi kerinduan terbaik. Adapun yang lain, bisa jadi setelah kita mendoakannya, kita menghubungi mereka. tak masalah..cara tiap orang berbeda. Mungkin juga ada yang merindukan orang tua lalu menuliskan puisi atau cerpen. hehe. kenapa tidak? Tapi, sekali lagi, sebagai seorang muslim mari kita sama-sama belajar mengekspresikan sesuatu dengan cara yang islami juga. Ingat, doa anak yang sholeh senantiasa menjadi kebaikan bagi orang tua di dunia dan di akhirat. Bukankah kita mencintai kedua orang tua kita?
tulisan lepas oleh:
Dilla Wulan Ningrum
Jatinangor, 05 Mei 2014
Komentar
Posting Komentar