♥ will the "fire" be the theme of May?

Ini kah ekspresi Selvira saat meneriakkan kata "Kebakaran!!!!" ???
Kisah di angka perdana di bulan Mei.










Hari ini hari yang gak kalah cihuy dari bulan April.
Awal mei, sebuah tema baru. Hmm.. apa ya theme buat bulan ini?
Yoo.. pagi ini jadwalnya Mata Kuliah Agama. Setelah menunggu, dosen, ngerjain tugas sampe lupa sarapan .. ternyata oh ternyata. “Bapaknya gak bisa masuk.” Kata Jaya, koor matkul Agama. Uwooo.. bingung mesti seneng apa sedih. Makalah 43 lembar yang dibuat, gak dikumpulin. Jadi minggu depan mesti nentengin ini makalah. Fine. Menggerutu sampe bibir disulam-pun gak akan bikin bapa tiba-tiba “tring!” hadir di depan mata.
Dari jam 11.30-15.00 hanya –menunggu--  yang bisa kami lakukan. Yah, jam 3 sore adalah mata kuliah “Penumbuh Jiwa Nasionalis”. Well, Kewarganegaraan.
Hari ini jadwalnya kelompok Mbak Dita presentasi nih. Mulai dari Cesis sampe Dita, plus Hafiz. Sedangkan dari Mydha sampe Zelda, termasuk aku dan Gina itu kelompok 2 yang tugasnya nyanggah dan ngasih pertanyaan sama mereka.
Well, dengan posisi layaknya tim rugby, kami berhadapan. Kebetulan Mydha-Bimo-Gina-Aku duduk di deket Pak Baum, dosen kami tercinta.. saat presentasi berjalan hampir 20 menit. Kami ber-empat merasakan suatu keganjalan pada diskusi ini, ada sesuatu yang aneh dan sangat terasa tabu. Apa? Yang aneh bukan pada materi yang disampaikan tapi pada bau yang muncul entah dari alam mana. “Pak, kok bau asep ya?” [aku lupa ini siapa yang bilang, gak tau Mydha, Bimo, atau Gina]. Lalu kami mencari-cari sumber bau dengan alat pendeteksi bau paling canggih di dunia. [apa? Hidung-lah,, apa lagi..-___-]. Pak Baum bilang, ini bau asap dari luar mungkin. Ya, kebetulan kami yang ada di lantai 2 menyaksikan para petugas “pecinta lingkungan unpad” sedang membakar sampah kering di dekat taman di bawah. Dari jendela kami bisa melihatnya. Dan kami ber-empat mengatakan “o..iya.”. beberapa detik kemudian Gina bilang dengan suara bervolume sangat kecil “Ih, ada asep di belakang Mydha.” Asepnya gak jelas sih, selewat banget. Terus Mydha bilang “Itu asepnya kebawa angin ke sini kali dari bawah”. Well, mungkin sih, tapi ya aneh juga. Tapi simpulan itu membuat kami lebih “tenang”.
Diskusi terus berlanjut, setelah kelompok 1 mempresentasikan materinya, tibalah saat diskusi. Saat diskusi kelompok nyaris dimulai, Cesis teriak “Ih! Ada api!” Teriaknya begitu melihat sesuatu menyala dari bawah lantai [cesis teriaknya gak histeris, bayangin aja Afika lagi teriak, Cesis kan bebestar.kikikik]. sontak saja situasi kelas jadi gaduh. Olala. Ternyata ada percikan api di bawah kursi Mydha! Aku langsung mundur-duduk sambil dorong kursi, yang lain gak kalah heboh. Ada yang langsung salto, tiarap, siapin senjata, bawa perasut, manggil helikopter [apaan sih? Ngayal banget dah!]. yang lucu, temen aku selvira teriak “KEBAKARAN!!!" dengan lengkingan khasnya yang bisa membelah angkasa.hahaha. [orang jelas-jelas apinya segede uprit, dibilang kebakaran]. Anis gak kalah heboh, tapi beberapa detik kemudian dia terdiam dengan mata berbinar—mau nangis. Kenapa? Ya,, ternyata Anis punya trauma dengan kata “kebakaran” karena dulu sempat ada insiden kecil di rumahnya. [sabar ya Anis,, gak kenapa napa kok. Cup,cup. #huge hug]
Ya amplop.. ternyata ada kabel yang menegak ke atas, mengenai kursi bawah Mydha. Untung aja Mydha gak kenapa-napa. Beberapa temanku memanggil teknisi di lantai dua. Lalu dua penyelamat kami datang. Mematikan aliran melalui stop kontak. Mengecek kabel yang “nongol-ngeksis” yang membuat situasi gaduh. Lalu salah satu teknisi mencoba memutuskannya. Aku penasaran, kudekati dengan jarak 2 keramik [kurang lebih 60 cm ya?].
Gunting tersebut berusaha memutus kabel, dengan susah payah gunting itu berusaha mengendalikan keadaan, walau sulit, sulit, dan sulit. Dan akhirnya usahanya memutuskan “masalah’ tidak sia-sia. TARR!!! Letupan api kedua gak kalah besar! Jelas di depan mata! Aku pikir aku bakal kena [alhamdulillah ya Allah, gak kena]. Situasi kelas makin gak kondusif. Akhirnya pak Baum menyuruh kelas dibubarkan saja. Anak-anak bingung, ini beneran bubar? Bingung juga mesti seneng apa sedih apa gimana gitu.. setelah menyelsaikan semuanya, teknisi itu bilang “udah aman pak! Saya jamin 100% aman!” ujarnya sambil mengacungkan jempol kanannya yang masih menggenggam gunting juga [nggejamin tapi kayak ngajak berantem ya bawa-bawa gunting segala]. Tapi pak Baum bersikeras membubarkan kelas, dia gak mau terjadi apa-apa pada kami. Berkali-kali teknisi itu memberikan jaminan keamana, tapi pak Baum tetap bersi-kukuh membubarkan kelas. Dan akhirnya, sesuai komando—bubar...
Huaa, hari ini gabut-lah, tapi rame juga. Ada sesuatu yang bisa diceritakan.
Well. Itulah keadaan kami. Makanya, minimal kita mesti ngerti tentang penganan listrik.
Air adalah sumber kehidupan, tapi kalau airnya dateng banyak? Yah,, bahaya juga.
Api itu bermanfaat, tapi kalau muncul pada keadaan yang tidak tepat? Ya. Bahaya juga kan?
Listrik itu sangat bermanfaat, tapi kalau dapetnya teganga-arusnya gede dan tidak pada saat dan tidak apda tempatnya? Bahaya juga kan?
Intinya kita harus punya treatment pada semua hal. Allah memberikan sesuatu, pasti ada manfaatnya. Tinggal kita yang bijak dan cerdas memanfaatkannya. Kalau tidak bisa ditangani—berbahaya!
Begitupun rasa cinta. Rasa cinta adalah anugerah dari Allah.
Harus dijaga cintanya, kalau cinta itu tidak dapat dikontrol? Bahaya sangat temen-temen. Cinta yang tidak dapat dijaga bisa mengganggu hati-mengganggu kebaikan-mengganggu citra diri-mengganggu aktivitas-mengganggu pikiran. Lalu apa yang bisa kita lakukan? Cari ahlinya,, Ya. Allah adalah Kholik yang mampu membolak-balikan hati manusia. Minta Allah agar menjaga rasa cinta kita.
[laah,, kenapa nyambungnya ke sini?].
Haha,, maaf ya malah menyimpang. Intinya, semua ada penanganannya, jadi temen-temen jangan cepat frustasi jika belum mendapat solusi. Semua penyakit ada obatnya, itu prinsip Farmasist..hihi.
Yoo,, terimakasih sudah membaca celotehan ku hari ini.
Mohon maaf atas segala kesalahan redaksional—maklum yaa, bahasaku emang jelek.:P
Salam perubahan...


Komentar

Postingan Populer