Miss World

Lagi heboh-hebohnya bahas Miss World. Gak ada Mass World ya?? Ada juga L-Men..
Kontes yang sudah diadakan dari sejak dulu [saya tidak tahu sejak kapan] , kontes kecantikan, ya~ kecantikan sosok wanita.
Apa yang dilihat? Kalau dari iklan-iklan dan penanaman paksa terhadap mindset masyarakat, ajang ini memandang 3 sudt kelebihan wanita : Beauty, Brain, Behavior.
Well, kecantikan, kecerdasan pemikiran, dan perilaku. So? Kalau yang jadi Miss World apakah dia menjadi orang tercantik di dunia ini pada saat itu? Apakah dia menjadi perempuan paling cerdas? Dan bahkan dia menjadi perempuan dengan attitude terbaik tahun ini?
Jika iya, berarti tiap tahun perempuan punya “teladan” nih„ sok aja ikutin mulai dari fashion, life style, humanis, dan bla-bla-bla nya yang memang sudah disetting.
Semuanya sudah diatur, oleh “mereka”.
Entah mengapa, pertama kalinya saya melihat kontes Putri Indonesia ataupun Miss Indonesia saya melihat bukan tiga B itu yang dilihat.
Semuanya tidak lebih dari beauty aja. Kecantikan secara fisik. Iya gak?
Kalau memang mau lihat kecerdasan, yaa uji pakai soal yang “tidak direkayasa di belakng panggung” lah,
Kalau mau nguji kepintaran, ya pake baju yang tertutup saja, yang diuji kan otak ya„, otak itu di kepala„ bukan di bagian yang lain,
Terkecuali mereka ingin memamerkan otak mereka yang terletak di bagian lain, misalnya di dengkul [makanya pake rok yang belahannya sampe setengah paha].
Kontes Miss World tidak lebih dari peragaan busana untuk model, sekaligus iklan makanan cepat saji kfc atau cfc gitu„ soalnya yang dijual cuman paha-dada aja.. hehehe
Imbasnya, banyak perempuan yang menilai kecantikan hanya sebatas kecantikan fisik, dan persepsinya : boleh dipertontonkan pada masyarakat.
Ini efek dari mainan dan tontonan untuk anak perempuan dari sejak kecil [peer buat ibu dan calon ibu nih].
Dari kecil kita kenalnya sama Barbie, mainan juga barbie. Barbie kan mainan plastik berbentuk perempuan yang fisiknya “sempurna”.
Tapi sayang, mainan barbie gak punya otak, kosong banget isinya„ hihi…

Coba dari kecil anak perempuan dikenalkan pada kisah “Aisyah, Fathimah, Khadijah, Asma, Rabi’ah, Hafsah dan shahabat-shahabat Rasul” pastilah mindset anak akan berubah.
“cantik” tidak selalu bermain pada penampakan kulit. Toh, kaum adam sendiri bilang “cantik itu relatif”
Negeri ini memiliki penduduk yang katanya mayoritas muslim. Berarti muslimahnya juga banyak dong.
Tapi sadarkah wahai sahabat muslimah? Kita cantik kok meski tak ber-make up.
Kita cantik kok meski aurat tak nampak. Kita cantik karena perangai kita. Bahkan kita cantik karena aurat tak nampak.
Muslimah, kita cantik karena akhlak dan hati kita. Percayalah, itu yang menjadi kunci utama kecantikan kita.
Aisyah adalah figur “cantik karena cerdas” | Khadidjah adalah figur “cantik karena mulia”.
Apalah arti penilaian kecantikan oleh sepasang mata kaum adam namun tak halal. Cukuplah mahram kita saja yang boleh melihat aurat.
Kasihan ya calon suami kalau ternyata aurat kita sudah dijamah sama banyak mata “liar”
Kontes kecantikan ini juga mengubah mindset kaum laki-laki mengenai kecantikan perempuan.
Tapi percayalah muslimah, sebaik-baiknya laki-laki yang taat pada Islam, ialaha mereka yang mencintaimu karena akhlakmu..
Allah dan Rasul-Nya telah memperbaiki status perempuan yang dulu dihinakan,
Rasul meninggikan derajat perempuan yang dulu disamakan dengan binatang.
Lantas, setelah kita ditinggikan, haruskah kita merendahkan diri kita dengan menjadikan diri kita seperti binatang?

Komentar

Postingan Populer