From Bandung-Cikijing with Love #part2

Setelah kakek tadi turun di daerah Kadipaten-Majalengka, sekarang Dilla berinteraksi dengan seorang ibu muda yang duduk di sebelah kiri Dilla. Beliau penumpang yang naik dari daerah Sumedang [tapi Dilla lupa tepatnya dimana]. Suhu di mobil sangat panas dan gerah. Dia menggendong bayi yang masih sangat kecil. Bayi ini tertidur di pangkuannya. Aah~ lucu sekali melihat bayi usia 6 bulan >.< Ibu muda ini bersama suaminya. Uhuk! Nampaknya mereka ini pasangan muda. Sang ibu mengusap keringat-keringat kecil yang muncul di leher bayinya. Melihat ibu ini mengelap dengan kain, Dilla tawarkan tissue basah dan tissue kering untuknya. Sebenarnya Dilla gak tau sih, tissue basah itu boleh atau tidak untuk kulit bayi di bawah satu tahun. Tak ada keterangannya, makanya Dilla keluarkan. Setelah mengelap keringat bayinya, ibu muda ini bertanya dari mana aku. Dia sangka aku anak pesantren di daerah Rancaekek. Penampilanku tak seperti anak kuliahan. Dia sangka usiaku 18 tahun [gak apa lah yah disangka muda]. Melihat pasangan mudah ini, sempet iri. Hihihi. Satu hal yang membuat Dilla tercengang. Ibu muda ini berusia 20 tahun lewat. Dia lahir bulan Juli 1992. Yup! kita hanya selisih 3 bulan ternyata. Suaminya berusia 23 tahu. Uhuk. Uhuk. Pasangan muda ternyata. Aah~ sayang sekali tak banyak kisah yang bisa Dilla – curi – dari pasangan muda ini.
Masalah jodoh, rezeki, kematian, dan segala sesuatu yang telah Allah tuliskan untuk kita memang tak ada satupun yang tahu kecuali Dia Yang Maha Mengetahui.

Pelajaran dari dua obrolan di bis ¾ Bandung-Cikijing hari ini : kita tak perna tahu kapan kita mendapat giliran. Usia tak menentukan kita meninggal duluan, usia tidak menentukan kapan kita bertemu dengan jodoh kita. Masalah kapan dan siapa, cukuplah Allah yang Tahu. Malaikat tak akan salah mencabut nyawa manusia. Begitupun jodoh kita, dia tak akan salah menyapa.
Majalengka, 05 Juni 2013 [ditulis pada 06 Juni 2013]

dwn

Komentar

Postingan Populer