Hari Kelahiran – Hari Ulang Tahun , Ini BUKAN untuk KITA

09 Oktober 2011
Terdiam sesaat saat melihat kalender di telepon seluler. Besok adalah hari ulang tahunku yang ke 19. Yah. Hampir 19 tahun ini aku berada di tempat dimana aku bisa merasakan sejuknya udara, mengeyangkan mata dengan pemandangan alam, dan merasakan kasih sayang dari orang-orang yang mencintaiku.
Hampir 19 tahun ini, setiap kali aku tiba pada tanggal 10 Oktober, teman-temanku mengucapkan “selamat ulang tahun” padaku. Bahkan ada yang rela memberikan hadiah untukku. Jujur saja, aku senang mereka masih mengingat hari kelahiranku, aku tersentuh saat mereka ingin memberikan sesuatu yang spesial di hari kelahiranku. Tapi malam ini aku merasakan sesuatu yang hampi 19 tahun ini aku lupakan. Hari kelahiran bukan mengenai perayaan, bukan mengenai pesta si-anak. Harusnya orang yang mendapat ucapan selamat itu bukanlah aku, tapi Ibuku. Harusnya orang yang mendapatkan hadiah ataupun kejutan bukanlah diriku yang terlahir, tapi Ibuku yang melahirkanku.
Yup. esok hari ulang tahunku. 19 tahun yang lalu seorang bayi mengoyak perut seorang ibu. Tapi ibu ini tidak serta merta marah meskipun rahimnya sakit, meskipun dadanya merintih, meskipun urat-uratnya menjerit. Dengan segenap jiwa, dengan segenap pengorbanan, dengan segenap cinta sang ibu mengorbankan agar bayi ini “hidup” di dunia ini. Yah, bayi itu adalah aku. Dan Ibu yang berjuang itu adalah Ibuku, wanita luar biasa bernama Oneng Suryati binti Qomar.
Maafkan aku ibu, terlalu banyak anakmu ini membuat hatimu kecewa. Teramat banyak lisan ini membuatmu menarik napas panjang. Teramat sering laku ini melukai. Rasa cintamu padaku teramat sederhana jika kutuliskan dalam kata-kata. Sehebat apapun diriku, aku yakin tak akan pernah bisa mengganti pengorbanan sehelai uratmu yang terputus karenaku.
Selamat Memperingati Hari Perjuangan ke-19 Ibu, aku bukan anak pertamamu pun bukan satu-satunya anakmu. Terima kasih karena 19 tahun yang lalu kau tidak membunuhku, kau mengasihiku untuk terlahir di dunia. 9 bulan dalam kandungan aku merasakan kasih sayang dalam dekapan rahim manusia, tapi saat itu aku tak tahu siapa. Terima kasih yaa Alloh. Kau mempertemukanku dengan wanita hebat yang melindungiku saat aku tak tahu ia siapa. Terima kasih karena engkau telah mencukupkan segenap cintamu untuk mencintai seseorang yang “bisa saja” ia tak akan mencintaimu kelak.
Cintamu tanpa balas. Cintamu sebesar semesta.
Terima kasih Ibu.
Anakmu, di hari kelahirannya
Jatinangor 09 Oktober 2011

writen on 09th oct 2011 posted on 09th sept 2013

Komentar

Postingan Populer