Qurban dan Esensi yang Terlupakan

"Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah Millah Ibrohim,  seorang yang hanif…" (Qs. An-Nahl 123)
Hakikat Qurban yang sangat umum dikenal di masyarakat ialah “menyembelih hewan”. Secara prakteknya memang terlihat jelas bahwa Qurban diidentikkan dengan peenyembelihan hewan Quran. Kenyataannya memang itulah yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim as.. Kisah menyejarah penyembelihan Ismail as. oleh Nabi Ibrahim as. menjadi landasan pemikiran bahwa pada momen 10 Dzulhijjah maka kita harus berqurban dengan cara menyembelih hewan ternak baik itu sapi, kambing, maupun unta.
Bukankah kita ini umat Nabi Muhammad saw.? Mengapa kita harus mengikuti ajaran Nabi Ibrahim as.? An-Nahl ayat 123 menjawab pertanyaan ini bahwa Nabi Muhammad diperintahkan untuk mengikuti Millah Ibrahim, belia adalah kekasih Alloh yang hanif (lurus, benar). Apa itu Millah Ibrahim?  Dari salah satu sumber, saya mendapatkan definisi ini bahwa sekaitan dengan Millah Ibrahim, as. Al-Raghib (2004:526) menjelaskan “Millah ialah  nama bagi  yang Allah syariatkan kepada hambanya melalui lidah para Nabi agar mereka sampai dengannya kehadirat Allah SWT”. Dapat diambil satu simpulan sederhana bahwa Millah Ibrahim adalah cara, jalan, atau aturan Nabi Ibrahim. Jadi jelas bahwa Millah Ibrahim bukanlah Agama Ibrahim sebagaimana yang umum dipahami kebanyakan orang, karena pada hakikatnya Nabi Ibrahim tidak membuat agama tersendiri, tapi berpegang pada Agama Islam.
“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.” [QS. Ali-Imran ayat 67].

            Dalam keterkaitannya dengan qurban, haruslah kita pahami bahwa qurban bukan sekedar pengorbanan menyembelih hewan. Esensi yang sangat sering dilupakan bahwa qurban adalah wujud keloyalan dan ketaatan Ibrahim dan Ismail terhadap Alloh. Dalam bahasa Arab ini biasa dikenal dengan istilah al-Wala dan al-Baro. Al-Wala atau loyalitas yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dapat kita lihat dari beberapa peristiwa khususnya dalam momen Dzulhidjah ini. Nabi Ibrahim diperintahkan untuk meninggalkan Siji Hajar dan Ismail yang masih bayi. Mereka ditempatkan di padang pasir kering tanpa sumber air. Secara nalar, pastilah Ismail kehausan, ditambah lagi kondisi Siti Hajar yang mengalami kekeringan ASI sehingga tidak dapat menyusui putranya. Di sini kesetiaan dan ketaatan terhadap perintah Alloh diuji kepada Ibrahim, Siti Hajar, dan Ismail. Atas dasar keimanan yang kuat, ketiga hamba Alloh ini dapat menyelesaikan ujian yang meningkatkan derajat ketakwaan mereka. Dan atas Kecintaan Alloh terhadap hamba yang cinta pada-Nya pula, Ismail tidak mati kehausan karena dari pasir di bawah telapak kakinya muncul air yang sangat banyak yang sekarang kita sebut air zam-zam. Maha Suci Alloh, berdasarkan penelitian, air zam-zam ini menjadi satu-satunya sumber air yang tidak akan pernah kering. Wallohu’alam. Kisah perjalanan Siti Hajar yang berlari dari bukit Shafa ke Marwah guna mencari sumber air dijadikan salah satu rukun dalam Ibadah Haji dimana Ibadah Haji ini merupakan salah satu rukun Islam. Allohu Akbar!
Kisah kesetiaan kedua yang diperlihatkan keluarga Ibrahim as. adalah kisah penyembelihan Ismail as. bisa dibayangkan, bagaimana perasaan seorang ayah yang sudah tua baru punya anak laki-laki satu, anaknya sholeh dan sangat lovable, mau menjadi seorang nabi, tapi turun perintah Alloh: “Sembelihlah anakmu..!” Jika dijawab dengan akal, beliau bisa stress kedua kalinya. Tapi Nabi Ibrohim bersikap pasrah terhadap perintah Alloh, sami’na wa atho’na. Kemudian beliau berkata pada anaknya, “Wahai anakku, aku mendapat perintah ini, diperintah untuk menyembelih kamu.” Apa jawaban Ismail? “Amalkan wahai ayahku, aku akan bersabar.” Inilah wala’ yang harus ditiru umat Islam yang ada hubungannya dengan Idul Adha dan Ibadah Qurban. Jadi jika sudah mendengar perintah Alloh (hukum Alloh), maka sikapnya harus sami’na wa atho’na. Jangan ada pertimbangan macam-macam, karena hukum Alloh pastlah Hukum yg terbaik. Kalau mampu harus diamalkan, tapi kalau tidak mampu, amalkan semampunya.
Al-Baro atau antiloyalitas yang ditunjukkan sikap Ibrahim as. termaktub dalam al-Mumtahanah ayat 4 “Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrohim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Alloh, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Alloh saja…
Al-Baro ini bukan berarti sikap tidak loyal atau tidak taat terhadap aturan Alloh, melainkan ketidaktaatan terhadap aturan yang bukan berasal dari Alloh. Dalam prakteknya kita tidak diperbolehkan mentaati aturan yang landasannya bukan berasal dari al-Quran dan assunah. Karena telah jelas Alloh perintahkan dalam An-Nisa ayat 59 : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
Jelas dalam ayat ini yang diseru adalah orang-orang beriman yang diwajibkan untuk mentaati Alloh, Rasul, dan Ulil Amri berasal dari kaum mereka yaitu yang berasal dari orang mukmin juga. Jika pemimpin kita bukanlah orang beriman maka haram bagi kita untuk mentaatinya. Bagaimana jika aturan yang dipegang oleh pemimpin bukanlah aturan yang berlandaskan al-Quran dan assunah? Maka wajib bagi kita untuk berlepas diri dari sistem tersebut.
Esensi dari qurban yang seharusnya kita pahami adalah bukan sekedar budaya menyembelih hewan ternak, melainkan bukti pengorbanan harta dan jiwa kita dalam mentaati semua perintah Alloh, menjalankan dengan penuh kesetiaan, ketaatan, dan ketakwaan. Kesetiaan terhadap perjuangan menegakkan agama Islam, ketaatan dalam menjalankan syariat Islam, dan ketakwaan dalam menjalankan semua perintah Alloh.


oleh: dwn

Komentar

Postingan Populer