sedikit berbicara mengenai sunnah

Bismillahirrohmaanirrohiim
“Hendaklah kamu bertakwa kepada Allah, dan mendengar serta taat (kepada pemimpin) meskipun ia seorang budak hitam. Dan kalian akan melihat perselisihan yang sangat setelah aku (tiada nanti), maka hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah para khulafa’ rasyidin mahdiyyin (pemimpin yang lurus dan mendapat petunjuk), gigitlah ia dengan gigi geraham (berpegang teguhlah padanya), dan jauhilah perkara-perkara muhdatsat (hal-hal baru dalam agama), sesungguhnya setiap bid’ah itu kesesatan” (HR. Ibnu Majah. Hadis senada diriwayatkan pula oleh At-Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ahmad)
Hadist di atas sudah sangat bersahabat di telinga kita. Bahkan ketika saya masih kecil, saya seringkali mendengar kutipan hadist ini dari mulut ibu saya. Kok kecil-kecil sering dicekokin hadist? Hehe. Saya tidak sehebat itu kok. Dulu saya sering diajak ke kondangan yang nikahan. Lantas benak saya bertanya pada ibu saya, “Mah, nikah itu apa? Kenapa kita harus menikah?” Bijaknya ibu saya, beliau tidak mejawab dengan dalil ilmu biologi misalnya “biar punya keturunan” atau semacamnya, ibu saya menjawab “karena ini sunnah Rasul”. Ya. Ini yang mudah untuk diterima anak kecil ingusan cap 11 pada masa itu. Sunnah Rosul artinya ialah apa yang Rasululloh contohkan.
Saat ini saya menyadari ada yang tidak berkembang di sini. Masyarakat pada umumnya hanya memahami sekadarnya saja. Bisa jadi hadist yang mereka tau bukan berasal dari apa yang mereka cari atau mereka dapat, melainkan dari apa yang mereka dengar. Sayang sekali. Ustadz-ustadz di kampung saya ataupun orang yang mengaku ustadz di layar televisi sana hanya menjelaskan islam secara normatif, eh atau mungkin hanya sekedar ritual ibadah saja. “Ibu-ibu, jangan sering ngegosip yah.” Misal kata ustadz di salah satu acara TV, lalu setelah acara itu adalaha gosip di pagi hari. Astagfirulloh. Miris. Program-program di televisi saja sudah menjadi program munafik. Bagaimana tidak? Program tausyiah memuat materi agar kita tidak menceritakan aib orang lain. 30 menit kemudia acara lain di stasiun yang sama malah menceritakan aib selebritis. Indonesia, mengapa kau ini sangat aneh?
Ajaran Islam yang dinasehatkan itu tiba-tiba terhapuskan oleh ketidaktaatan pada nasehat itu. Atau contoh lainnya anjuran bersedekah, berkurban, saling menolong, ibadah sholat yang harus getol, shalat sunnah yang ditingkatkan, dzikir yang diseriuskan, shaum sunat yang digencarkan. Titik. Hanya sampai sini saja yang sering diwejangkan-syi’arkan oleh para ustadz pada umumnya. Ah, andaikan kita bisa masuk syurga hanya dengan sholat 5 waktu, tahajud, shaum, shodakoh rasanya sangat tidak adil. Betapa jauh perjuangan kita dengan perjuangan yang dilakukan oleh para shohabat untuk mengagapi syurga. Jauuuuuuuuh. Jauuuuuuuh. Dan pengorbanan kita terlalu kecil. Perjuangan besar para shohabat saja yang bernilai besar bisa jadi tidak diterima Alloh jika perjuangan tersebut tidak didasari keimanan, ketaatan, dan keikhlasan. Apalagi pengorbanan kita yang kecil? -_-

Kembali pada hadist di atas. Dinyatakan bahwa orang-orang yang tidak mengikuti sunnah Rosul adalah bukan bagian dari umat Rasul. Terkait ke-shohih-an hadist ini saya sendiri kurang begitu paham. Yang saya tau adalah bahwa kita diwajibkan mentaati Alloh, Rosul, dan Ulil Amri sebagaimana termaktub dalam an-Nisa ayat 59:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
Sekali lagi, sunnah Rosul bukan sekedar ibadah ritual yang Rosululloh lakukan. Sunnah Rasul adalah apa-apa yang dilakukan Rasululloh termasuk ibadah, sikap, pola pikir, strategi, tata cara dan pola gerak yang dilakukannya.
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” [QS.al-Baqoroh ayat 208]
Dalam ayat ini juga dinyatakan bahwa kita harus masuk Islam secara kaffah. Contoh menjalankan Islam yang benar adalah ada pada diri Rosululloh. Maka dari itu, kita harus menjadikan Rasul sebagai tauladan kita agar kita menjalankan Islam yang sebenar-benarnya dengan sebenar-benarnya.
Kebenaran menjalankan Islam berkaitan dengan manhaj yang Rasululloh contohkan. Bagaimana dengan kita? Islam seperti apakah yang sedang kita jalani? Jalan manakah yang sedang ditempuh? Hati-hati, bisa jadi anda berada di jalan bernama Islam tapi ternyata jalannya tidak sama dengan jalan Rasululloh. Kita harus mengikuti semua sunnah Rasul, karena Rasululloh pernah bersabda bahwa hanya 2 pusaka yang menjadi petunjuk bagi kita. Kita tidak akan pernah tersesat jika kita memegang keduanya. Dua pusaka itu adalah Al-Quran dan as-Sunah. Dan jelas kita juga dilarang menentang Rasululloh sebagaimana dicantumkan dalam an-Nisa ayat 115.
"Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali."

Yuk, kita pahami Islam yang sebanar-benarnya. Mari ikuti sunnahnya agar kita menjadi bagian dari umat Nabi Muhammad. Semoga Alloh ridha sehingga Rasululloh memberikan syafaat bagi umatnya, hamba yang menjalankan sunnahnya. Semoga kita berada dalam manhaj Islam yang benar agar perjuangan kita tidak sia-sia.

Komentar

Postingan Populer