sejenak tadi [sekitar beberapa menit sebelum tulisan ini dipost] saya terhenyak akan suatu hal yang selama ini bisa jadi menjadi satu bagian dari berbagai episode keluhan kita sebagai manusia.
"aah! gue salah jurusan kayaknya."
"kenapa sih jurusan gue malah belajar yang begini? padahal kan gak nyambung sama sekali."
entahlah, mungkin hal ini hanya terjadi pada diriku saja, atau mungkin juga teman-teman rasakan?
pernah suatu ketika saya mengeluh “kita kan kuliah farmasi, tentang obat dan pengobatan, kok kita malah disuruh bikin desain kemasan?”
awalnya saya mengeluh. dan keluhan ini muncul karena ketidakmampuan saya dalam mendesain. untuk penggunaan aplikasi desain sedikit-sedikit saya senang mengotak-atiknya. jadi pasalnya bukan karena tidak bisa membuat desai, tapi jiwa senin saya yang tidak cukup bagus - didominasi tingkat kemalasan yang tinggi : membuat saya menjai mudah mengeluh dalam mengerjakan tugas - yang menurut saya tidak ada kaitannya dengan Ilmu Kefarmasian.
Ya, sepertinya saya masih senang mengkotak-kotakkan sesuatu sehingga semua yang terjadi dalam hidup ini, apa yang saya pelajari di bumi ini tidak terlihat menajdi suatu kesatuan yang utuh. dan saya sadar saya SALAH.

apakah kemampuan mengobati dan kesehatan hanya boleh dipelajari oleh mahasiswa keseharan?
apakah ilmu desain hanya boleh dipelajari mahasiswa desain atau teknologi?
apakah ilmu pemerintahan hanya berhak dimiliki mahasiswa yang mendalami Ilmu Pemerintahan?
apakah agama hanya berhak dipahami mahasiswa yang mempelajari ilmu agama?
jika jawabannya YA maka kita akan terjebak dalam ruang pikir sempit yang membuat diri kita semakin sesak untuk bergerak. coba bayangkan jika kita bukanlah manusia yang kuliah [atau kita bukanlah mahasiswa]. Lantas apa yang berhak-boleh untuk kita pelajari? jika kita senantiasa mempartisi ilmu yang dipelajari berdasarkan jurusan yang kita jalani, maka kita akan menjadi robot yang hanya dijadikan pekerja. kita hanya menjadi burung yang berkicau tanpa mengetahui maknanya.
saat kita kecil, kita mempelajari banyak hal - sangat banyak padahal kita belum tahu kelak kita menjadi apa, dan mari kita garis bawahi bahwa saat kecil, saat kita mempelajari banyak hal, kita tidak mengeluh. kita tidak mengkotak-kotakan apa yang kita inginkan untuk dipelajari. pada akhirnya, apa yang kita pelajari ternyata bermanfaat besar dalam kehidupan kita sekarang.
begitupun dengan apa yang kita pelajari sekarang, yakini bahwa semua ini akan bermanfaat di hari kemudian. yakini, tidak ada yang sia-sia.

"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur." [QS. an-Nahl ayat 78]
dalam ayat ini Alloh menyebutkan potensi awal yang dikaruniakan-Nya kepada manusia. potensi untuk mendengar, melihat, dan potensi hati (keyakinan). Alloh tidak mempartisi bahwa potensi ini diberikan pada orang-orang tertentu. atau setiap orang hanya mendapatkan sebagian potensi ini. Alloh menganugerahkan semua potensi ini, hanya saja diantara manusia ada yang mem-fungsikannya dengan baik, mem-fungsikan dengan tidak baik, belum cukup baik mengoptimalkan fungsinya, atau sengaja mengunci potensi ini.
potensi pendengaran bukan hanya berhak diotimalkan oleh komposer, psikolog, motivator, public speaker, dsbg.
potensi melihat bukan hanya berhak dioptimalkan pelukis, pembalap, pilot, desainer, dll.
potensi hati (keimanan) tidak hanya boleh dioptimalkan oleh ustadz, ulama, kiayi, tapi oleh semua manusia.
dengan mempelajari banyak hal, artinya kita tengah mengoptimalkan fungsi-fungsi potensi yang Alloh beri untuk kita. jadi janganlah banyak mengeluh pada suatu hal yang hari ini kita belum tahu manfaatnya. tapi, jangan sekali-kali mempelajari hal yang sudah jelas kita tidak akan mendapatkan manfaatnya disana.

Mari Syukuri Nikmat yang Alloh anugerahkan dengan cara mengoptimalkan semua potensi ini. :) :) :)

Komentar

Postingan Populer