Siti Hajar - Keimanan yang Mengaktivasi LOGIKA

Bismillahirrohmaanirrahiim.

beberapa menit yang lalu saya menyempatkan diri untuk membaca beberapa kisah mengenai Siti Hajar. ada apa gerangan? hehe. entahlah, mungkin karena masih dalam momen iedul Adha, jadi sering mengkaitkan Iedul Adha dengan kisah Nabi Ibrahim as. dengan putranya Nabi Ismail as.. Hanya saja karena saya perempuan, saya jadi malah cenderung mencari tahu kisah-kisah Siti Hajar. Kisah mengenai ketaatan, kesetiaan, perjuangannya terhadap Agama Islam, agama yang hanya satu-satunya dalam Ridho Alloh SWT..
teman-teman pasti sudah sangat hafal kisah bagaimana Siti Hajar yang saat itu dalam kesulitan di tengah padang pasir. saat itu putranya yang masih bayi, Ismail, menangis karena kehausan. namun karena perjalanan berat dan panas, Siti Hajar mengalami kekeringan pada asi-nya sehingga ia tidak dapat menyusui putranya. dalam kekalutan, keimanannya berkata bahwa ia harus mencari solusi. dan dengan logikanya ia mencari air. ya. air. bukan api.
jika kita mengingat-ngingat, pada zaman Nabi Ibrahim, penyembahan terhadap patung dan api sangatlah merajalela. Andaikan saat itu keimanan pada jiwa Siti Hajar tidak berkata, pasti ia akan mencari api ataupun berhala, lalu memohonkan agar anaknya tidak menangis atau agar anaknya mendadak tidak kehausan. mistis memang. ya, kisah saat itu akan menjadi mistis jika dan hanya jika Siti Hajar tidak beriman kepada Alloh.
Keimanan kuat yang terpatri dalam jiwanya menuntunnya agar bersikap tenang dalam menghadapi cobaan. dalam kestabilan pemikiran, logikanya berkata. jika tak ada asi, maka ia harus menemukan air agar anaknya tidak kehausan. setelah bersikap tenang, berdoa pada Alloh, menemukan solusi untuk mencari air, Siti Hajar tidak serta merta menangis sambil berdoa dan diam di tempat. Siti Hajar berlari mencari sumber air di tanah yang ia sendiri tidak tahu bagaimana keadaannya. tak letihnya ia mencari sumber air untuk menyelamatkan anaknya.

jujur, saya kagum sekaligus merasa malu jika harus mencerminkan diri saya dengan Situ Hajar. sangatlah jauh dan tidak mirip. dalam kondisi serba sulit, keimanannya mengaktifkan logikanya untuk menemukan solusi. Siti Hajar tidak mengedepankan emosionalnya untuk menyelesaikan masalah. Ia berpikir dan bergerak seperti seorang laki-laki. pasti teman-teman sering mendengar kalimat ini “logika laki-laki itu 9 sedangkan perasaannya 1. sedangkan perempuan memiliki 9 emosional dan 1 logika”. entah karena pengaruh hormon atau struktur syaraf dan jumlah neuron di otak yang menyebabkan perbedan ini. Sayangnya hal ini sering dijadikan dalih saat perempuan lebih rapuh dalam menghadapi masalah. menangis, diam, jarang bergerak. ya, potensi 9 emosii - 1 logika ini sering dijadikan dalih oleh perempuan jika ia kebingungan menghadapi masalah. sayang sekali. padahal potensi perempuan tidak kalah saing loh.
kembali pada kisah SIti Hajar, jika logikanya berkata, lantas dimana letak perasaannya? adakah? ada. Naluri keibuan, perasaan cinta terhadap putranya membuat ia harus memberikan solusi bagi putranya. berangkat dari perasaan ini, ia berpikir menacari solusi. logika yang teraktivasi oleh keimanannya membuat ia mencari solusi dengan cara yang benar. coba bayangkan, jika kita dalam kondisi seperti Siti Hajar, bisa jadi kita hanya menangis dan berpasrah pada takdir. tapi tidak bagi siti Hajar. dalam doa yang mengiringi langkahnya mencari air, ia yakin bahwa pertolongan Alloh pasti ada. pasti ada. manusia memiliki hak dalam berikhtiar, takdir yang terjadi adalah urusan Alloh.
pelajaran berharga dari keimanan-kecerdasan-kepekaan-ketaatan-kepasrahan Siti Hajar dalam kisah ini ialah bahwa dapat mengedepankan logikanya dibandingkan perasaannya dalam menghadapi masalah. jangan jadikan kerapuhan perempuan sebagai bilik reyot untuk berlindung diri. jadilah perempuan kuat, sabar, taat, cerdas seperti Siti Hajar. Semoga kita bisa mengambil pelajarannya, dan segera menerapkannya dalam kehidupan kita, khususnya sebagai seorang perempuan. Aamiin.

ditulis oleh : Dilla Wulan Ningrum
Jatinangor, 19 Oktober 2013 | 14 Dzulhijjah 1434 H

Komentar

Postingan Populer