Pasar Dadakan di 10 November

Bismillahirrohmaanirrahiim.
10 November 2013. Hari ini hari Pahlawan ya? Kalau dilla tidak salah, ini momen peringatan perjuangan Bung Tomo untuk menyingkirkan Belanda dari tanah air. Lain dulu, lain sekarang. Semangat berkobar para pejuang meniadakan penjajahan sungguh sangat menggebu. Bagaimana dengan kita sekarang? Dengan suka rela kita memperbudak diri kita menjadi kaum terjajah secara politik, ekonomi, mental, dan yang paling parah adalah penjajahan Ideologi.
Sejujurnya dilla tidak ingat bahwa hari ini adalah hari pahlawan. Hehe, bukan karena saya tidak menghargai, tapi saya memang tidak ingat sekarang tanggal berapa. Bagi mahasiswa, tidak mengingat tanggal mungkin tabu. Tapi tidak bagi saya, tanggal berapapun rasanya sama saja. Hehe.
Dilla baru ingat hari ini adalah hari pahlawan setelah membaca tweet beberapa orang di timeline. Dan entah memang sudah menjadi seperti pasar dadakan, entah sudah membudaya, entah apa. Setiap peringatan hal-hal yang berbau pahlawan, pasti banyak orang yang mengklaim “orangtua adalah pahlawan sepanjang masa”. Maaf. Entah sekedar mengklaim atau sekedar ikut-ikutan atau memang jujur dalam hati berkata seperti itu. Ya, bagi mereka, ayah dan ibu adalah pahlawan. Namun bagi Wali Band, pahlawan mereka adalah neneknya. Hehehe.
Tidak ada yang salah manakala kita menjadikan orangtua kita sebagai pahlawan bagi diri kita. Salah satu wujud rasa cinta kita mungkin dengan hal ini. Ya. Bagi dilla sendiri, orangtua adalah salah dua dari banyaknya pahlawan yang sangat patut untuk kita cintai dan kita hargai perjuangannya. Ibu yang mengandung, menyapih, membesarkan, mendidik penuh cinta. Serta ayah yang bekerja keras menghidupi kita, bekerja keras menjadi figur terbaik di mata anak-anaknya. Walaupun tidak ada orangtua yang sempurna, tapi percayalah bahwa cinta mereka teramat sempurna.
Satu hal yang menjadi kesedihan dalam hati begitu melihat banyak orang yang mengatakan “orangtua adalah pahlawanku” kadang ucapan berbanding terbalik dengan realita yang ada. Hari ini mengatakan “Abi, aku mencintaimu. Umi, aku mencintaimu.” Tapi dua hari kemudian malah membantah tugas orangtua. Besoknya ngeyel lagi, bikin orangtua kecewa. Sayang sekali. Cinta mereka terhadap orangtua tidaklah sinergis antara hati, lisan, dan amalan. Jujur, dilla sendiri bukan anak yang sudah sempurna mampu mengabdi dan berbakti pada orangtua. Tapi di sini, dilla ingin bersama teman-teman, saling mengingatkan agar apa yang kita ucapkan, sinkron dengan apa yang kita lakukan. Jika benar mencintai orangtua, berbaktilah. Jika benar menjadikan orangtua adalah pahlawan, hormatilah dan hargai segala jasanya.
Perintah berbuat baik dan berbakti pada orangtua ada dalam al-Quran, jelas-jelas ini perintah langsung dari Alloh, apa lagi yang menjadi alasan kita untuk tidak mempergauli mereka dengan baik di dunia ini? Yuk, saling mengingatkan yuk

Komentar

Postingan Populer