Kurikulum Pendidikan #1


Bismillahirrohmaanirrohiim.
Jika kita membuka al-Quran lalu membaca kisah Luqman maka kita akan mendapai nilai luhur tentang pendidikan terhadap anak. Inilah nilai-nilai yang harus ditanamkan pada masa pengenalan pendidikan terhadap anak.
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar’ ” [Luqman : 13]
Secara jeli ayat ini mengajarkan pada kita agar hal yang pertama kali kita ajarkan pada anak adalah mengenai ketauhidan. Laa ilaaha illalloh sudah ditanamkan sejak dini. Luqman memberi pelajaran pada anaknya agar tidak menyekutukan Alloh, karena syirik merupakan dosa yang sangat besar. Dalam ruang lingkup kecil yaitu keluarga, Luqman sudah mencontohkan bahwa pendidikan dini bagi anak adalah mengenalkan Alloh dan menanamkan kesetiaan penghambaan hanya pada Alloh. Dalam lingkup jamaah yang lebih besar, ini pula strategi dakwah yang Rosululloh ajarkan. Yang Rosululloh ubah dari paradigma orang-orang Quraisy adalah mengenai kemurnian aqidah agar mereka menyembah hanya pada Alloh saja. Selama kurang lebih 13 tahun Rosululloh berdakwah untuk memurnikan aqidah, karena jika aqidah kita telah lurus dan murni hanya pada Alloh saja, maka ketaatan kita sudah terbentuk. Artinya ketika Alloh memberikan aturan apapun, maka jiwa ini tak akan menolak sedikitpun. Aqidah menjadi pondasi utama dalam setiap jiwa manusia. Manusia tanpa aqidah yang benar maka tidak benar pulalah segala amalannya. Kalimat Laa ilaaha illalloh merupakan bentuk penghapusan segala macam Illah (sembahan) lalu membuat pengecualian yaitu hanya Alloh. Artinya jika kita memilih aqidah Islam atau aqidah terhadap Alloh, maka kita harus menghapuskan segala jenis Tuhan. Dengan kata lain aqidah itu ada dua jenis yaitu aqidah Tauhid dan aqidah Syirik. Aqidah Tauhid adalah aqidah yang murni pada Alloh sedangkan aqidah Syirik adalah aqidah yang selain pada Alloh. Kenyataannya, Tuhan itu banyak karena manusia sendirilah yang membuat mereka menjadi Tuhan. Pada zaman Nabi Ibrohim as. Tuhan diwujudkan dalam bentuk berhala. Lalu Nabi Ibrohim as. atas petunjuk Alloh menghancurkan tuhan-tuhan tersebut. Perlu menjadi catatan bahwa Nabi Ibrohim as. bukan sekedar menghancurkan tuhan-tuhan dalam bentuk fisik yakni berhala, tapi juga beliau menghancurkan aqidah syirik masyarakat yang dikuasai oleh Raja Namrud pada saat itu. Berhala hanya menjadi simbol fisik dari aqidah syirik yang mereka yakini saat itu, maka dari itu misi utama semua Rosul termasuk Ibrahim as. adalah menyeru manusia agar menyembah Alloh semata. Lalu kita beralih pada kisah Musa as.. Beliau adalah Rosul yang diutus untuk memurnikan aqidah juga. Pada saat itu Fir’aun -menuhankan- dirinya. Tapi kenyataannya ternyata masyarakat menjadikan ia tuhan bukan dengan cara menyembah, berjampi-jampi dengan menyebut namanya. Cara masyarakat menjadikanFir’aun tuhan adalah dengan mentaati segala aturan yang ia buat karena ia memiliki kekuasaan penuh atas wilayah dan masyarakat. Berbicara mengenai kekuasaan, aturan, berarti berbicara masalah tatanan dan sistem. Musa memurnikan aqidah, menyeru agar manusia menyembah Alloh, tunduk dan patuh atas segala perintah Alloh yang disampaikan melalui Risalah yang ia bawa. Dari kisah Ibrohim as. dan Musa as. kita bisa mengambil sebuah pelajaran bahwa yang disebut dengan tuhan-tuhan selain Alloh bukan hanya bentuk fisik berhala saja, melainkan juga penguasa yang berkuasa tidak atas aturan yang Alloh berikan. Jika kita menyembah tuhan-tuhan ini maka aqidah kita bukanlah aqidah Tauhid melainkan aqidah syirik. Na’udzubillah.
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu’, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” [an-Nahl 36]
Dalam ayat ini jelas dituliskan bahwa misi semua Rosul ialah menyeru agar manusia menyembah Alloh dan menjauhi Thaghut. Apa Thagut itu?
1. Thagut adalah syaitan (yang membelokkan) baik itu dari kalangan jin maupun manusia
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia]. Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” [al-An’am 112]
“ ‘Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu’ “[Yaasiin 60]
2. Thagut adalah penguasa yang zhalim
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.” [an-Nisaa 60]
3. Orang-orang yang memutuskan selain dengan apa yang diturunkan Alloh
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” [al-Maidah 44]
4.Orang-orang yang mengetahui hal ghaib selain Alloh
“(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu.” [Jin 26]
5. Orang yang diibadati, dan ia ridha dengan peribadatan itu.
Masalah aqidah ternyata bukan masalah sepele. Jika merupakan masalah sepele rasanya tidak mungkin jika syirik menjadi dosa pertama yang sulit diampuni. Karena ternyata menjadikan –yang selain Alloh- menjadi tuhan itu sangat mudah jika kita tidak beriman. Menjadikan harta, kekuasaan, tahta, sebagai tuhan menjadikan aqidah kita melenceng dari aqidah sesungguhnya yang bisa menghantarkan kita ke syurga. Maka dari itu perlu kita mengecek ulang wujud ikatan kita dengan Alloh. Perlu kita memahami lagi bagaimana ikatan antara ‘abid dengan Ma’bud, antara makhluk dengan Kholiq.
Pertanyaan selanjutnya adalah terkait metode pendidikan yang kita (sebagai orangtua) terapkan dalam penyampaian ini? Bagaimana cara kita mengenalkan Alloh terhadap anak-anak padahal Dia Maha Ghaib? Sempat saya heran, anak kecil (khususnya) paling takut dengan yang namanya hantu. Dengan cara menakut-nakuti, visualisasi buruk rupa para hantu, dan kisah-kisah yang dusuguhkan media menjadikan mereka mengenal sekaligus merasa takut terhadap hantu. Padahal kenyataanya mereka belum pernah melihatnya, bahkan karya/bentuk ciptaan yang dibuat oleh para hantu itupun tidak ada. Tapi mengapa mereka takut? Pertanyaan saya adalah bagaimana kita mengenalkan Alloh pada anak-anak? Bukan agar mereka takut, melainkan agar menjadikan mereka taat terhadap-Nya. Bukan agar mereka merasa ngerik, melainkan agar mereka mencintai-Nya. Benar saya belum menikah, pun belum memilki seorang anak, tapi ini menjadi PR penting bagi saya karena kelak (insya Alloh) kita sebagai perempuan akan menjadi Madrasah bagi anak-anak kita, kita akan menjadi Ensiklopedia ternyaman yang bisa mereka dapatkan informasi disana. Jadi, bagaimana cara kita mengenalkan Alloh pada anak-anak kita kelak? Bagaimana menanamkan rasa cinta dan kepatuhan mereka terhadap Sang Pencipta? Tulisan ini masih belum selesai, inysa Alloh kalau saya mendapat ilmu baru dan menemukan jawabannya maka tulisan ini akan diperbaiki. Mudah-mudahan.
Kita ambil satu kesimpulan bahwa Aqidah Tauhid merupakan “mata pelajaran” pertama dan utama yang harus dikenalkan orangtua terhadap anak-ananya. Dan untuk mata pelajaran seterusnya inysa Alloh akan saya tulis di tulisan selanjutnya.
ditulis oleh : dwndilla
Jatinangor, 26 Februari 2014

Komentar

Postingan Populer