Akun Sosial Media di Mata Papah

Bismillahirrohmaanirrohiim
Papah, panggilan yang teramat sederhana bagi seorang pria yang gagah dan bertanggung jawab. Panggilan yang teramat singkat bagi seorang pria yang bersedia diamanai kita sebagai anaknya.
Sedikit berbicara mengenai pandangan papah terkait akun sosial media. Papah bukanlah pria yang terlahir di zaman modern dan berteknologi tinggi seperti sekarang. Usia papah terpaut 48 tahun denganku, bisa dibayangkan di zaman seperti apa papah tumbuh sebagai anak muda dulu. Dulu tak ada sms, facebook, twitter, plurk, tumblr, instagram, apalagi path. Yang ada hanya pager (itupun hampir tahun 90-an) dan surat.
Papah sempat bercerita mengenai kisah pendekatannya dengan mamah dulu. Saat itu mamah di Bandung (di Majalaya, kampung di Bandung yang cukup terpelosok) sedangkan papah tengah bertugas di Pengadilan Negeri di Irian Jaya. Bagaimana cara papah bisa mengenal mamah lebih dekat? Papah hanya berkirim surat dengan Ibunya (read: nenek dari papah), dan kakak dari mamah (Wa Ade) yang kebetulan adalah teman se-SMA papah dulu. Hanya bertukar surat antara papah-nenek-wa ade sebagai proses agar papah mengenal mamah lebih dekat. Akhirnya sekali kesempatan papah mengirim surat pada mamah melalui wa ade. Papah ingin tahu seperti apa wajah mamah. Akhirnya mamah membalas surat papah disertai dengan pas foto mamah. Bisa dibayangkan, yang dikirim adalah foto formal semacam untuk KTP. Zaman dulu, mau difoto aja susah, apalagi akses dari kampung ke studio foto sangatlah jauh. Hanya selembar foto resmi dengan ekspresi datar-serius yang papah terima. Datangnya foto "menyeramkan" itu tidak membuat papah ragu ataupun ilfeel pada mamah. Saat papah mendapatkan jatah cuti, papah berkunjung ke rumah kakek di Majalaya. Bayangkan saja, seorang laki-laki datang ke rumah orangtua dari perempuan, dan obrolan yang terjadi adalah antara papah dan kakek. Bukan antara papah-mamah. Kakekku cukup paham pada etika antara laki-laki dengan perempuan. Adapun sekali kesempatan kakek memanggil mamah untuk berbincang dengan papah, dan tetap ditemani kakek.
Setelah bercerita panjang lebar, papah mengomentari keadaan sekarang dengan dulu. Dulu, mau ngobrol dengan lawan jenis aja susah, sekarang gara-gara ada sosial media, obrolan antar lawan jenis menjadi tanpa batas. Dulu, mau ngobrol sama lawan jenis harus ditemani walinya atau makhromnya. Sekarang ngobrol atau bahkan berkencan di belakang walipun sudah sangat biasa. Dulu, untuk mendapatkan foto seorang perempuan sangatlah sulit. Sekarang? Perempuan malah dengan bangganya menmbagikan wajah-wajah cantiknya kepada banyak laki-laki yang bahkan tidak ia kenali. Astagfirulloh. Asli loh, ini komentar papah.
Lalu papah segera menasehati dilla. Papah bukanlah orang yang rewel masalah hijab. Papah tidak mempermasalahkan se-benar-apa putri-putrinya berkerudung. Terhadap anak perempuan lain papah tidak terlalu rewel, hanya saja dilla merasa papah sangat protective terhadapku. Papah kurang mengerti masalah teknologi, makanya papah menuntut kesadaran dari anak-anaknya. Setelah bercerita, papah menasehati sambil meminta dilla memperlihatkan akun-akun sosial media yang dilla buat. Facebook, twitter, blog, tumblr, 4shared, instagram, path menjadi sasaran di handphone. Setelah puas mengobrak-abrik, lalu papah berpesan agar Dilla tidak sembarang menyebarkan foto di sosial media. "Papah takut ada orang yang iseng mengambil fotomu dan menyimpannya, pernah dilla pikirkan apa yang ia  perbuat terhadap foto dilla? pernah membayangkan wajah dilla diedit dan ditempelka ke gambar yang tidak seronok?" Ujar papah. "Papah gak mau kalau wajah dan ekspresi dilla bisa ditatap banyak orang" "Dan papah takut jika dilla menyebarkan foto dilla di sosial media, suami dilla tidak ridho wajah istrinya sudah dijamah banyak mata. DIlla ingin suami bahagia kan?" Lalu dilla mengangguk. "Jadilah perempuan mahal yang sulit dijamah sembarang orang." "Kecuali pemikiranmu, papah ridho jika banyak orang mencuri apa yang ada di sisi kepalamu". Lalu aku tersenyum, aku paham apa yang papah maksud.
Terima Kasih Papah, :")

obrolan yang terjadi 25 Mei 2014
ditulis di :
Jatinangor, 28 Mei 2014
dillawulanningrum

Komentar

Postingan Populer